BUKTI KEBENARAN AL - QURAN

Kamis, 24 Maret 2011

BISMILLAHIURAHMANIURAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG...

Tugas.
Cari mengenai metode eksplorasi geofisika minimal 3, pilih satu satu kemudian
jelaskan batuan apa saja yang refleksikan dan sifat-sifat batuannya !
METODA-METODA GEOFISIKA
1. METODA SEISMIK
Gelombang seismik

Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya
gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan.
Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh
seismometer.
Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami
(seperti: pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktifitas gunung api
(vulkanik), dsb) adalah apa yang kita kenal sebagai fenomena gempa bumi.
Gelombang seismik digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu
1. Gelombang Badan (body wave)
2. Gelombang Permukaan (surface wave)
Merupakan salah satu metoda geofisika yang digunakan untuk eskplorasi
sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan
bantuan gelombang seismik. Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan
menggunakan metode seismik banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan
minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk bisa
melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan interpretasi
dari penampang seismiknya.Dalam metoda seismic pengukuran dilakukan dengan
menggunakan sumber seismik (ledakan, vibroseis dll). Setelah sumber diberikan
maka akan terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang
memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan
ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada
suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu.
Berdasar data rekaman inilah dapat ‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah (batuan).
Secara umum, tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat
dinilai dari perbandingan sinyal refleksi terhadap sinyal noise (S/N) yaitu
perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi yang direkam dibandingkan
dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time).
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi
prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal
(shallow seismik reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan
bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi
daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu
saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik
lapangannya.
Menurut SANNY (1998), kualitas data seismik sangat ditentukan oleh
kesesuaian antara parameter pengukuran lapangan yang digunakan dengan kondisi
lapangan yang ada. Kondisi lapangan yang dimaksud adalah kondisi geologi dan
kondisi ( Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta)
daerah survei. Sebagai contoh, parameter lapangan untuk daerah batu
gamping masif akanberbeda dengan parameter untuk daerah dengan litologi
selang-seling antara lempung dan pasir. Di samping itu parameter lapangan yang
harus disesuaikan adalah target eksplorasi yang ingin dicapai.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting
yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk
memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data
seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah
permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi
data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan
bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan.
2. METODE GEOMAGNET (Magnetic)
Berbicara tentang metoda magnetik, kita tidak dapat melupakan jasa Bangsa
China. Mereka adalah penemu pertama magnet, dengan menggunakan batu lapis
(batuan yang kaya kandungan magnetik) sebagai penunjuk arah, Penemuan ini
terjadi sekitar abad kedua Sebelum Masehi. Kemudian pada abad ke 20, Bangsa
Eropa mengembangkan alat navigasi: kompas magnetik. Pengamatan medan
magnet bumi dimulai secara sistematik sejak hampir 500 tahun lalu. Pengamatan
ini pertama kali dikemukakan fisikawan Inggris Sir Wiliam Gilbert (1514-1603)
dalam bukunya De Magnete. Ia melakukan pengamatan jarum kompas yang selalu
mengarah pada bagian utara bumi, yang diakibatkan oleh pengaruh medan magnet
utara bumi.
Selanjutnya, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa di mana medan magnet
utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan.
Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali
magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen
magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik pada batuan ini, pendugaan
sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metoda magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap:
akuisisi data lapangan, prosessing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa
perlakuan/kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan
dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran
dilakukan pada tahap prosessing, Koreksi pada metoda magnetik terdiri atas
koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya.
Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan
software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi serbagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari susceptibilitas magnetic masing-masing batuan. Harga
susceptibilitas ini sangat penting didalam pencarian benda anomaly karena
sifatnya yang sangat khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetic pada
batuan semakin banyak
Pengukuran magnetic dilkukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval
antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. batuan dengan kandungan mineralmineral
tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang
dimunculkan sebagai anomaly yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada
medan magnetic yang diakibatkan oleh material magnetic dari kerak bumi atau
mungkin juga dari bagian atas mantel
3. METODA GEOLISTRIK
Adalah metoda eksplorasi geofisika yang kompleks karena terdiri dari bermacammacam
metoda. Diantaranya metode tahanan jenis (resisitivity), metode potensial
diri (self potential), metoda potensial terimbas (induced potential), metoda misse a
la masse, metode potensial dan lain-lain.
Metode tahanan jenis (resistivity) ini dilakukan berdasarkan perbadaan
harga tahanan jenis batuan yang terdapat pada daerah yang ingin diselidiki.
Metoda ini mempunyai dua pendekatan yaitu:
Ø Pendekatan Horizontal (sounding)
Ø Pendekatan Vertikal (profiling)
Umumnya metoda tahanan jenis ini dilakukan dengan memasukkan arus listrik ke
dalam tanah, lalu mengukur potensial yang timbul akibat adanya perbedaan
tekanan jenis batuan. Aturan yangdigunakan umumnya aturan elektroda Wenner
atau Schlumberger. Makin jauh rentang elektroda arus, makn dalam penetrasi
pendugaan yang dihasilkan.
Metode geolistrik ini memiliki banyak macamnya antara lain:
a. metode potensial diri
b. arus telluric
c. magnetotelluric
d. elektromagnetik
e. induced polarization
f. metode resistivitas
g. dan lain-lain
disini akan lebih dijabarkan terkait metode resistivitas ( tahanan jenia ).
Metode resistivitas
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat
tahanan jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Berdasarkan tujuan
penyelidikan metode resistivitas ini dibagi menjadi dua kelompok besar:
a. metode resistivitas mapping
b. metode resistivitas sounding
Metode ini dikenal berbagai macam konfigurasi. Diantaranya yang sring
digunakan adalah :
– konfigurasi wenner
– konfigurasi schlumberger
– konfigurasi Bipol-dipol
konfigurasi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu
harus dilakukan pemilihan terlebih dahulu jenis konfigurasi yang sesuai
dengan kasus yang dihadapi
1. GPR (Ground Penetrating Radar)
Ground Penetrating Radar (GPR) biasa disebut georadar. Berasal dari
dua kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and
ranging. Jadi, arti harfiahnya adalah alat pelacak bumi menggunakan
gelombang radio. GPR baik digunakan untuk eksplorasi dangkal (nearsurface)
dengan ketelitian (resolusi) yang amat tinggi, sehingga mampu mendeteksi
benda sasaran bawah permukaan hingga benda yang berdimensi beberapa
sentimeter sekali pun.
GPR merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan
sumber gelombang elektromagnetik. Karena itu, GPR tergolong metode
geofisika tidak merusak (nondestructive). Kelebihan lain GPR adalah biaya
operasionalnya yang rendah, prosedur pengerjaan mudah, dan ketelitian sangat
tinggi (resolusi tinggi). Kelemahannya, penetrasinya tidak terlalu dalam atau
daya tembus metode ini hanya sampai puluhan meter (± 100 meter).
Itu sebabnya, metode ini bisa dikatakan cocok untuk pencarian situs
(atau harta karun). Dengan catatan: tempat itu benar-benar diyakini atau barang
tambang yang tempatnya tidak terlalu dalam. Karena panjang gelombang itu
mencerminkan ukuran minimum benda yang dapat terdeteksi. Makin tinggi
frekuensi makin kecil panjang gelombang, sehingga makin kecil ukuran benda
yang dapat terdeteksi (makin tinggi pula ketelitiannya). Hasil pencitraan GPR
bisa memunculkan informasi semacam ketebalan permukaan aspal jalan, jalur
pipa bawah tanah untuk mencari bedrock yang pas guna pondasi bangunan
hingga mencari mayat hilang dan fosil arkeologis.
Seperti dijelaskan di awal, radar memancarkan semacam gelombang
elektromagnet yang kemudian ditangkap balik oleh sensor alat. Spektrum
frekuensi yang digunakan disesuaikan kebutuhan pengukurannya. Gelombang
yang dipancarkan adalah gelombang pendek (mikro) agar bisa terpenetrasi ke
bawah permukaan bumi. Respons data yang diterima, diolah berdasarkan
hukum pantulan (refleksi) dan pembiasaan (gelombang). Tentu saja banyak hal
yang mempengaruhi penjalaran (propagasi) gelombang.
Secara keseluruhan, alat GPR berbobot tidak lebih dari lima kilogram,
sehingga sangat leluasa bergerak. Alat ini bekerja dengan dua antena. Satu
berfungsi sebagai transmiter, yaitu bertugas memancarkan gelombang radar.
Lainnya sebagai receiver, bertugas menerima gelombang radar yang
dipantulkan bahan di sekelilingnya kemudian diolah grafiknya ke dalam
komputer.
Pada prinsipnya, metode georadar dengan metode seismik sama yaitu
membangkitkan gelombang buatan ke dalam bumi. Perbedaannya hanya pada
jenis gelombang yang digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar