BUKTI KEBENARAN AL - QURAN

Minggu, 13 Februari 2011

BENCANA GEOLOGI

1.      Gempa bumi Sumatera Utara 2010

Gempa bumi Sumatera April 2010 terjadi dengan kekuatan 7.8 Mw[ (7,2 SR). Gempa bumi ini terjadi pada 7 April 2010 pada pukul 5:15 AM waktu lokal (6 April 2010, 22:15 UTC) pada lepas pantai Sumatera. Peringatan tsunami dikeluarkan Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Honolulu.
Sebagaimana yang diinformasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa terjadi dengan kedalaman sekitar 34 km dan pusat gempa berada di 2°33' LU - 97°02' BT atau 75 km tenggara Sinabang. Listrik padam dilaporkan terjadi di hampir seluruh bagian utara Sumatera, listrik padam juga terjadi di Banda Aceh.
Kementerian Komunikasi dan Informatika terus memantau jaringan telekomunikasi pasca gempa di Naggroe Aceh Darusalam pagi tadi. Saluran telekomunikasi dikhawatirkan terganggu saat trafik meningkat. Gempa yang mengguncang Provinsi Aceh, Rabu (7/4) dini hari juga terasa hingga daerah pesisir Riau di Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.

 

Geologi dan gempa susulan

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi disebabkan pergerakan dari lempeng Sumatra. Setelah gempa bumi utama terjadi gempa susulan dengan kekuatan 5 hingga 5,2 SR dan 18 kali gempa kecil dengan kekuatan di bawah 5 SR. Gempa kecil sempat mengakibatkan terjadinya tsunami di beberapa tempat, dengan ketinggian tidak lebih dari 40 sentimeter.[10]

Dampak

Di Pulau Simeulue, gempa bumi yang terjadi menyebabkan banyak bangunan yang rusak, gempa juga mengakibatkan puluhan warga terluka.[10] Pasca gempa bumi sedikitnya tujuh rumah di Medan, Sumatra Utara, hangus terbakar. Dugaan pemicu kebakaran adalah hubungan pendek arus listrik saat pemadaman listrik secara mendadak.[11]
Sedikitnya 12 warga Sinabang, Kabupaten Simeulue dilaporkan mengalami luka berat dan ringan akibat gempa berkekuatan 7,2 pada Skala Richter (SR).[12] Tercatat 145 rumah mengalami kerusakan ringan akibat gempa, dua unit bangunan sekolah rusak berat, dua lainnya rusak ringan.
Satu kantor rusak ringan, satu jembatan rusak ringan, satu dermaga rusak ringan, lima perahu hancur, jalan aspal sebagian amblas, dan parit sepanjang 16 meter rusak. Semua terjadi di Kebupaten Aceh Singkil.

2.      Gempa bumi Aceh 2010

Gempa bumi Sumatera Mei 2010 terjadi di 66 kilometer barat daya Meulaboh, 110 kilometer barat daya Blang Pidie, 126 kilometer barat laut Labuhan Haji, dan 138 kilometer barat laut Sinabang dengan kekuatan 7,2 SR (7,2 MW pada pukul 12.59 WIB (5.59 UTC)dengan kedalaman 30 kilometer.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, pusat gempa berada pada lokasi 3,61° Lintang Utara (LU), 95,84° Bujur Timur (BT) dan pada kedalaman 30 km, yaitu pada 66 km barat daya Meulaboh, Aceh. Menurut United States Geological Survey (USGS), pusat gempa berada pada kedalaman 61,4 km.
Gempa bumi kembali terjadi pada 11 Mei 2010 dengan kekuatan 5,8 skala richter pada pukul 19:17 yang terjadi di 3.33 Lintang Utara (LU)-95.57 Bujur Timur (BT) atau 108 kilometer barat daya Meulaboh, Aceh Barat pada kedalaman 26 kilometer.
Geologi
Berdasarkan laporan dari United States Geological Survey, gempa bumi terjadi di sepanjang lempeng Indo-Australia dan lempeng Sunda. Gempa ini terjadi di wilayah gempa yang terjadi sejak tahun 2000an. Selain dirasakan di Indonesia, gempa juga dirasakan di Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Thailand.
Dampak
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sempat memberikan peringatan potensi terjadi tsunami dengan naiknya gelombang di laut setinggi 20 sentimeter, namun sekitar 90 menit setelah terjadinya gempa (sekitar pukul 14.30 WIB atau 7.30 UTC), peringatan bahaya tsunami dicabut.[4][3][2][7] Gempa dirasakan hingga wilayah Medan, Sumatera Utara.[8] Gempa juga dirasakan hingga wilayah Padang, Sumatera Barat.[9]
Kerusakan ringan dilaporkan terjadi di menara pengawas bandar udara di Meulaboh. Gempa juga mengakibatkan sejumlah rumah warga di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya, rusak ringan dan retak-retak.

3.      Gempa bumi Papua 2010

Gempa bumi Papua 2010 terjadi pada 16 Juni 2010 pukul 12:16 waktu lokal (03:16 UTC) di Papua dengan kekuatan 7,0 Skala Richter. Gempa didahului oleh gempa pertama dengan kekuatan 6,2 Mw pada pukul 12:06 waktu lokal, dan disusul gempa dengan kekuatan 6,6 Mw 42 menit kemudian.

Gempa bumi Papua 2010
Tanggal 12:16:00, 16 Juni 2010 (UTC) (2010-06-16T12:16:00Z)
Kekuatan 7.0 Mw
 Kedalaman: 28.8 km
Negara yang terkena Indonesia, Papua
Korban: 17 tewas

Geologi

Wilayah Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa. Episentrum gempa berada dekat dengan dua lempeng kecil, yaitu Kepala burung dan Lempeng Maoke. Pergerakan batas lempeng ini diperkirakan sebesar 80 mm/tahun pergerakan sinitral (bergerak ke kiri) dari patahan. Pergerakan lempeng konsisten pada wilayah ini atau pada pergerakan destral (kearah kanan) dan saling membentur.

Kerusakan

Gempa menghancurkan 9 desa, yaitu Aiyari, Randawaya, Hamtimoi, Karowaiti, Waita, Waridoni, Tare, Larelahiti dan Wabudayar, dan menewaskan 17 orang. Intensitas gempa di Serui di Pulau Yapen dan wilayah pesisir lain mencapai VII pada Skala Mercalli, dan lebih dari skala VI di Biak. Banyak bangunan mengalami kerusakan di Yapen. Gempa juga menyebabkan tanah longsor dan sejumlah kebakaran di Serui.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Tipe gempa bumi

  1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
  2. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.

Penyebab terjadinya gempa bumi

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

4.      Gunung Sinabung 29 agustus 2010

Meletusnya Gunung Sinabung di Sumatra sangat mengagetkan. Tidak seperti biasanya sebuh letusan gunung didahului dengan tanda-tanda sebelumnya. Tetapi Sinabung yang masuk kategori B ini tidak mendapatkan perhatian seperti gunungapi tipe A. Aktifitasnya ini telah menunjukkan bahwa dirinya bukanlah gunung mati.
Letusan terakhir dalam catatan sejarah, gunung ini meletus pada tahun 1600. Gunung yang memiliki ketinggian 2,460 m (8,071 ft) ini telah memuntahkan lava serta debu dan pasir volkaniknya ke udara pada tanggal 29 Agustus 2010 tengah malam pukul 00.10.
Karena tidak aktif selama ratusan tahun, gunung yang berketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut itu digolongkan bertipe B. Contoh lain dari gunung tipe tersebut adalah Gunung Merbabu yang berdampingan dengan Gunung Merapi di Yogyakarta serta Gunung Sibayak di Sumut. Perlu diketahui bahwa di lereng Gunung Sibayak ini terdapat pembangkit panasbumi. Tentusaja mengetahui status gunung ini menjadi sangat vital.
Menurut Pak Surono dari Badan Geologi, gunung tipe B adalah gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magmatik. Berdasarkan prioritas ancaman, gunung tipe B tidak dipantau secara rutin. Akan, tetapi bukan berarti gunung di Indonesia dengan tipe B ini tidak diamati. Hanya skala prioritasnya lebih rendah dari gunungapi tipe A
Sejak meletus pada pukul 00.10 tengah malam tadi, lanjut Surono, PVMBG mengubah tipe gunung tersebut menjadi tipe A dengan status awas. Gunung itu selanjutnya akan dipantau setiap hari selama 24 jam.


Laporan perkembangan aktivitas gunungapi Sinabung
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terlihat bahwa gunung ini berkembang sangat cepat.
Aktivitas letusan dan sifat Gunungapi Sinabung tidak pernah tercatat, oleh karena itu tidak diketahui aktivitas letusannya. Karena letusannya tidak pernah tercatat sejak tahun 1600, maka G. Sinabung dikelompokkan dalam tipe B, dan tidak dilakukan pemantauan secara menerus. Selama ini aktivitas G. Sinabung terpantau hanya berupa manifestasi solfatara dan fumarola di dalam kawah aktif.
Bahkan gunung ini sering didaki dan memiliki pemandangan sangat indah seperti disebelah ini.

Selama dua hari sebelumnya berdasarkan informasi Tim yang berada di lapangan dilaporkan pada tanggal  28 Agustus 2010 pada pukul 08.00 – 16.00 WIB, secara visual terpantau asap putih tipis, ketinggian sekitar 20 meter dengan tekanan lemah hingga sedang. Kemudian pukul 16.00 – 19.00 WIB, G. Sinabung tertutup kabut. Sedangkan pengamatan pukul 19.00 – 24.00 WIB, tidak terpantau adanya asap dari kawah aktif.
Dengan demikian G. Sinabung tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan kegiatan yang menjadikan kita siap-siap.
Namun pada 29 Agustus 2010 tengahmalam pukul 00.08 WIB, terdengar suara gemuruh. Dengan aktivitas tersebut maka G. Sinabung diubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AWAS terhitung pukul 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010. Hal ini karena pada pukul 00.10 WIB setelah berkoordinasi dengan tim di lapangan, diputuskan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas pada radius 6 km dari kawah aktif.
Sekitar pukul 00.12 WIB, tampak asap letusan dengan ketinggian 1500 meter dari bibir kawah.
Kalau dibandingkan dengan Gunung Kelud yang “gagal” meletus sebelumnya telah menunjukkan tanda-tanda dalam waktu yang cukup lama  bahkan sempat
Dengan adanya aktifitas yang sangat mendadak ini maka Tim Tanggap Darurat telah berada di lapangan (Desa Bekerah Cimacem, Kecamatan Namanteran) sejak 28 Agustus 2010 dan telah berkoordinasi dengan pejabat terkait dari Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Karo
Tim ini akan memasang peralatan pemantauan dan mengikuti perkembangan aktivitas G. Sinabung secara cermat. Dan karena G. Sinabung dalam status AWAS maka akan dilaporkan perkembangan aktivitasnya setiap 6 jam.
Direktorat Volkanologi memberikan himbauan kepada masyarakat sbb:
  • Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 6 km dari kawah aktif agar diungsikan ke tempat yang aman.
  • Jika terjadi hujan abu cukup deras, agar masyarakat menggunakan masker penutup hidung dan mulut serta menutup sumber air untuk keperluan minum.
  • Mengingat G. Sinabung tidak diketahui aktivitas dan sifat letusannya, maka masyarakat agar bersabar mengikuti arahan Pemerintah Daerah (BPBD/Satlak/Satkorlak) dan Pemerintah Daerah agar senantiasa berkoordinasi dengan Tim ahli di lapangan.
  • Mengingat saat ini di wilayah sekitar G. Sinabung sering turun hujan, agar masyarakat yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di puncak G. Sinabung agar mewaspadai kemungkinan terjadinya bahaya sekunder berupa banjir lahar.
5.      Banjir Wasior 4 Oktober 2010
Banjir  adalah suatu bencana yang dimana volume air meningkat dan menggenangi pemukiman – pemukiman yang dapat merusak infrakstruktur, bahkan memakan korban manusia.
Penyebab banjir wasior karena adanya hujan yang terus – menerus  Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 ,  serta faktor manusia yang merusak area hutan di Wasior sehingga tidak ada lagi media yang menahan air dan menyebabkan volume air sungai batang salai yang berhulu di pegunungan Wondiwoy meluap.
Dampak dari banjir Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur.Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire.Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengupayakan dan memberikan bantuan kepada korban banjir bandang dengan memberikan bantuan sandang dan pangan serta bantuan obat-obatan.
Proses terjadinya
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.

Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya. Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor terjadi.
Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.
Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu berarti air tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi sumber air ketika longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.
Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi dari sekitar Wasior.



Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang memungkinkan terbentuknya bendungan alami.
Dalam peta interaktif dapat dilihat seperti morfologi di daerah ini.
disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini menunjukkan bahwa daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir bandang.
pembalakan hutan
dari data dilapangan ditemukan adanya penumpukan-penumpukan batang-batang kayu-kayu kemungkinan bahwa penumpukan batang-batang kayu di daerah hulu ini akibat pembalakan hutan, dengan adanya kayu-kayu yang tertumpuk adalah akibat pembalakan hutan atau akibat pohon-pohon yang tumbang yang terseret saat longsor di bagian atas lereng lembah terjadi. Apabila kayu yang terseret oleh arus banjir bandang ini merupakan kayu gelodongan dengan ukuran teratur dan tampak terpotong secara seragam (tidak disertai adanya akar-akar pohon), tumpukan kayu yang membendung lembah di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon oleh manusia. Namun, apabila kayu-kayu yang terseret banyak disertai dengan akar-akar dan ranting-ranting pohon, sangat mungkin bahwa tumpukan kayu-kayu yang membendung hulu sungai terjadi secara alamiah akibat longsor yang menyeret pohon-pohon di permukaan lereng.
Wasior dan daerah yang rawan banjir bandang Rona cerah menunjukkan longsoran (banjir bandang) dimasa lampau.

Jadi, banjir bandang dapat pula dipicu oleh longsor dan pembendungan di daerah hulu, yang umumnya dicirikan dengan munculnya kenampakan berupa bekas-bekas longsor di bagian atas lembah sungai yang terbendung. Kenampakan bekas longsor ini dicirikan oleh terbentuknya torehan-torehan lengkung pada lereng-lereng di daerah hulu sungai. Contohnya adalah kejadian banjir bandang di Sungai Bahorok pada 2003 yang juga disertai puluhan torehan-torehan longsor pada lereng Gunung Leuser. Torehan-torehan ini dapat mudah diamati dari atas melalui citra satelit, foto udara, atau inspeksi udara dengan helikopter/pesawat terbang.

6.      Letusan Gunung Merapi, 28 Oktober 2010
Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Merapi di Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan sedikitnya 28 orang tewas.
Kronologi
20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK Yogyakarta.
21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.
25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada pukul 06.00 WIB.
26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.[3]
27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.
28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
LETUSAN GUNUNG MERAPI.
letusan Gunung Merapi mulai pada akhir Oktober 2010 ketika Gunung Merapi di Jawa Tengah , Indonesia, memulai serangakaian aktifitas  dan semakin banyak letusan yang terus di bulan November. kegiatan seismik di sekitar gunung meningkat dari pertengahan September dan seterusnya, dimana puncaknya pada ledakan lava dan abu. menyebabkan banyak aliran piroklastik menuruni lereng. Menurut para ahli   letusan Merapi kali ini  merupakan  yang terbesar sejak tahun 1870-an.
Lebih dari 350.000 orang diungsikan dari daerah yang terkena. Namun, banyak tetap tinggal atau kembali ke rumah mereka sementara letusan itu terus. 353 orang tewas dalam letusan, banyak sebagai akibat arus piroklastik. bulu abu dari gunung berapi juga menyebabkan gangguan besar untuk penerbangan di Jawa.
Gunung meletus terus sampai dengan 30 November 2010. Pada tanggal 3 resmi peringatan status Desember 2010 berkurang menjadi level 3, dari tingkat 4, sebagai kegiatan erupsi mereda.
Letusan gunung Merapi.
Tanda termal abu panas dan batu dan kubah lava pijar di Gunung Merapi.
Pada akhir Oktober 2010, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (CVGHM), (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi-PVMBG), melaporkan bahwa pola peningkatan kegempaan dari Merapi telah mulai muncul pada awal September.  Pengamat di Babadan 7 kilometer (4.3 mil) barat dan Kaliurang 8 kilometer (5.0 mil) selatan gunung melaporkan mendengar sebuah avalanche pada tanggal 12 September 2010. Pada 13 September 2010 bulu putih diamati naik 800 meter (2.600 kaki) di atas kawah. Lava kubah inflasi, terdeteksi sejak Maret, meningkat dari tingkat latar belakang 0,1 milimeter (0,0039) sampai 0.3 mm (0,012 in) per hari untuk menilai sebuah dari 11 milimeter (0.43 in) per hari pada tanggal 16 September. Pada 19 September 2010 gempa bumi terus banyak, dan keesokan harinya mengangkat CVGHM Tingkat Alert untuk 2 (pada skala 1-4). Lava dari Gunung Merapi mulai mengalir ke Sungai Gendol pada 23-24 Oktober signaling kemungkinan letusan segera terjadi.
Tanggal 25 Oktober 2010, pemerintah Indonesia menaikkan siaga untuk Gunung Merapi ke level tertinggi (4) dan memperingatkan penduduk desa di daerah mengancam akan pindah ke tempat lebih aman. Orang- Orang yang hidup dalam 10 kilometer (6.2 mil) zona diperintahkan untuk mengungsi. Perintah evakuasi terkena dampak paling sedikit 19.000 orang namun jumlah yang memenuhi pada saat itu masih belum jelas kepada pihak berwenang.  Para pejabat mengatakan sekitar 500 gempa vulkanik telah tercatat di atas gunung selama akhir pekan 23-24 Oktober, dan bahwa magma telah bangkit untuk sekitar satu kilometer 1 (3.300 kaki) di bawah permukaan akibat kegiatan seismik.
Korban
Desa Cangkringan setelah letusan
Pada tanggal 26 Oktober di sedikitnya 18 orang, termasuk bulan bayi berusia dua, ditemukan tewas akibat luka bakar dan kegagalan pernafasan yang disebabkan oleh abu panas dari letusan. Ribuan dievakuasi dalam radius 10 km (6.2 mil) di sekitar lereng gunung berapi.
Dengan Rabu 27 Oktober, korban tewas telah meningkat menjadi sedikitnya 25.
Sembilan korban meninggal lebih dari letusan Gunung Merapi lebih lanjut di rumah sakit Dr Sardjito di Yogyakarta pada hari Senin 9 November sehingga jumlah kematian tercatat di 97, dengan 103 korban masih dirawat di rumah sakit itu.
Korban tewas dilaporkan lebih dari 153 sebesar 9 November, dengan setidaknya 320.000 orang dilaporkan dievakuasi ke tempat penampungan darurat.
dampak Sipil
Tingkat waspada untuk gunung berapi itu tetap di tingkat 4. Pada tanggal 6 November zona eksklusi resmi pada radius 20 km (12 mil) dari puncak Gunung Merapi. Kamp-kamp pengungsi yang sebelumnya berada dalam radius 15 kilometer (9.3 mil) yang terletak ulang untuk mengamankan lokasi menempatkan beban tambahan pada logistik dan pengiriman kebutuhan dasar kepada orang-orang yang terlantar akibat evakuasi.
Letusan gunung api menyebabkan kebutuhan ekonomi terganggu, dan menyebabkan sekolah-sekolah diliburkan.
Pada tanggal 8 November atas arahan dari kedua Presiden dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab UEA Bulan Sabit Merah Authority (Red Cross) menanggapi seruan oleh pejabat Indonesia untuk membantu penduduk Yogyakarta dan menyediakan rumah sakit lapangan . Menurut kepala layanan medis di UAE Menteri Dalam Negeri Brigadir. Salem Al-Junaibi harus dikelola oleh dan administrasi tenaga medis dan akan dibentuk dalam 'lebih dari 20 km yang' aman zona dari gunung.
Pengaruh letusan gunung merapi menyebabkan terganngunya saluran pernapasan yang menyebabkan  pernapasan akut, sakit kepala, hypertensi dll kata seorang pejabat dari Departemen Kesehatan Supriyantoro pada hari Minggu, 7 November. Pengungsi menerima perawatan medis di klinik mengatur di dalam tempat penampungan pengungsi dengan kasus-kasus serius dikirim ke rumah sakit setempat, pengungsi Gunung Merapi juga tidak diharuskan untuk membayar untuk perawatan medis. 45 rumah sakit dan lebih dari 100 pusat kesehatan melayani Gunung korban letusan Merapi di Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali, katanya. ""Tapi kita (pekerja kesehatan) mengalami kesulitan dalam mengurus pengungsi` masalah kesehatan karena banyak pindah dari satu tempat penampungan pengungsi yang lain. Ditanya tentang persediaan medis untuk para pengungsi, terutama mereka yang luka bakar yang serius, ia mengatakan bahwa pasokan tidak mencukupi, namun situasi masih bisa ditangani dan diatasi.
Pada hari Selasa, 9 November, Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla mendorong pengembangan kurikulum kesiapan bencana untuk membantu dalam menangani bencana alam ("Harus ADA Kurikulum kebencanaan") melalui pelatihan yang berkelanjutan dan pendidikan .
Pada pertengahan November letusan telah merusak 867 hektar lahan hutan di gunung berapi `s lereng di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dengan kerugian material diperkirakan mencapai Rp33 miliar. Kawasan yang rusak termasuk Merapi National Park, hutan masyarakat dan pertanian dan perkebunan masyarakat setempat. [80] kabupaten administrasi's Magelang memutuskan untuk memperpanjang masa darurat, yang dijadwalkan berakhir pada 24 November, untuk jangka waktu 2 minggu sampai 9 Desember sebagai status siaga Merapi masih tetap di tingkat tertinggi pada akhir November 2010.  Heri Prawoto, kepala kabupaten Kantor Manajemen Bencana dilaporkan mengatakan bahwa "masih ada kemungkinan bahwa beberapa daerah di Magelang akan dipengaruhi oleh puing-puing vulkanik".
Badan Pengelola dilaporkan pada akhir November bahwa ada sekitar 500 kasus dilaporkan korban letusan dalam penderitaan Kabupaten Sleman dari kecil untuk masalah psikologis yang parah, dan sekitar 300 kasus di Magelang.
Abu Vulkanik
Gangguan Perjalanan Udara
Pada letusan dan selanjutnya abu vulkanik menyebabkan gangguan yang luas untuk penerbangan di Jawa tengah dan barat pada awal November. Beberapa penerbangan ke dan dari Bandung , Jakarta dan Solo telah dilakukan dan perusahaan penerbangan internasional dan domestik banyak menghentikan kegiatan operasional ke dan dari kota-kota. Bandara Internasional Adisucipto ditutup pada banyak kesempatan pada awal November karena visibilitas terbatas dan abu jatuh pada taxiway, runway dan apron terminal. Bandar Udara Internasional Adisucipto adalah bandara tersibuk ketiga di Pulau Jawa dan terletak sekitar 13,5 NM (25 km (16 mil)) ke selatan Merapi.

Pengaruh pada Borobudur
Borobudur , sebuah abad ke-8 kuil Buddha dan salah satu terbesar Buddha dunia monumen ini, adalah sangat dipengaruhi oleh letusan pada awal November 2010. abu vulkanik dari Gunung Merapi jatuh di kompleks candi, yang sekitar 28 kilometer (17 mil) barat-barat daya kawah.  lapisan abu sampai dengan 2,5 cm (1 in) jatuh pada patung-patung candi selama letusan 3-5 November, juga membunuh vegetasi di dekatnya, para ahli takut bahwa abu asam dapat merusak situs bersejarah. Kompleks candi ditutup dari 5 November hingga 9 untuk membersihkan hujan abu itu.
Borobudur lagi "ditutup sementara bagi wisatawan" dari pagi tanggal 10 November karena jatuhnya abu vulkanik terus.
GUNUNG MERAPI
Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawadan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten SlemanDaerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi(puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[rujukan?] Kota Yogyakartaadalah kota besar terdekat, berjarak sekitar 27 km dari puncaknya, dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m dan hanya 4 km jauhnya dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyekGunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).[1]
Geologi
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terletak di zona subduksi Lempeng Indo-Australiayang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasikarena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.[2]
Pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 – 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 – 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar atau Pasarbubrah diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra.
Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.
Dalam proyek kerja sama dengan Pusat Vulkanologi Indonesia (PVMBG), ahli geologi Pusat Penelitian Kebumian di PotsdamJerman, mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara “signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi”. Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma.[5][6].
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006178618221872, dan1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawadiselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[ Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.
Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar selama 100 tahun terakhir, mengancam 32 desa[7] dan memakan korban nyawa lebih daripada 100 orang (angka masih dapat berubah), meskipun pengamatan terhadap Merapi telah sangat intensif dan manajemen pengungsian telah berfungsi relatif baik.[rujukan?] Letusan ini juga teramati sebagai penyimpangan karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km.
Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisikatelemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos, Srumbung, Babadan, dan Kaliurang.
Erupsi 2010
Peningkatan status dari “normal aktif” menjadi “waspada” pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi “siaga” sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 OktoberBPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi “awas” dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, KecamatanCangkringan, Sleman.[10] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernafasan.
Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.[11] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya,Bandung,[12] dan Bogor.[13]
Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus “awas” (red alert).

Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.

Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu (1) erupsi pusat, erupsi keluarmelalui kawah utama; dan (2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya; (3) erupsicelah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yangmenyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri. Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi: (1) Tipe Hawaiian,yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburanlava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundansederhana; (2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburanlava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benuaatau di tengah benua; (3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magmaberviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar; (4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkankubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit; (5) TipeUltra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa; (6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampaidasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan seringdisertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik; (7) Tipe Surtseyandan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulaugunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakanerupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapimagma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas : bentuk kerucut, dibentuk oleh endapanpiroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah,membentuk seperti kubah; kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria; maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan freatik ataufreatomagmatik; plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan dengan pembentukan busurgunungapi. (Modifikasi dari Krafft, 1989)

PEMBENTUKAN GUNUNGAPI
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :
1.        Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikankesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapitengah samudera.
2.        Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibatgesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3.        Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lavasepanjang rekahan.
4.        Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagimagma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yangmembentuk deretan gunungapi perisai.
Penampang diagram yang memper lihatkan bagaimana gunungapi ter bentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yangmenghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengahbenua dan busur gunungapi dasar samudera. (Modifikasi dari Sigurdsson, 2000).
BAHAYA GUNUNGAPI
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung(sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya yang langsung oleh letusangunungapi adalah :
Leleran lava
leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusaksegala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung darikekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauhjangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikangunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukuplamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
Aliran piroklastik (awan panas)
aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian,letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh
Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukuptinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah anginkemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalantertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapatmenggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancamanlangsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
Gas vulkanikberacun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2,HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.
Lahar Hujan
lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut olehhujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yangsangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran.Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungaiyang dilaluinya dan merusak infrastruktur.

7.      Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010

Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010 terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan 7,7 MW[1] gempa bumi terjadi dilepas pantai Sumatera. Terjadi di lepas pantai Sumatra, Indonesia. United States Geological Survey (USGS) menyatakan gempa terjadi pada pukul 21:42 waktu lokal (14:42 UTC), sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu, dekat dengan Kepulauan Mentawai. USGS awalnya melaporkan episentrum gempa bumi terjadi pada kedalaman 20.5 mil (33,0 km), tapi kemudian melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8.8 mil (14,2 km). dan kemudian 12.8 mil (20,6 km) USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo gempa 7,5 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,7 skala richter.

Kontroversi

Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan kemungkinan tsunami disampaikan, tetapi kemudian dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG menyatakan, gempa bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tapi tidak ada kerusakan maupun korban jiwa yang dilaporkan. BMKG menyatakan bahwa gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,2 skala richter.  Namun, setelah Peringatan dari BMKG dicabut, Tsunami terjadi setinggi 3-10 meter dan setidaknya 77 desa hancur. Berdasarkan Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami, yang dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang menghantam dua perahu sewaan. Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami keterlambatan.

Gempa susulan

  • 5.0 - 25 Oktober, 15:21:12 UTC
  • 6.1 - 25 Oktober, 19:37:30 UTC
  • 4.9 - 25 Oktober, 22:10:03 UTC
  • 6.2 - 25 Oktober, 22:59:53 UTC
8.      Tsunami Mentawai, 25 Oktober 2010

Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter atau 7,7 Magnitude yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/November/2010) pukul 21.42.20 WIB  lokasinya lebih ke utara dari pusat gempa 6,6 Mw pada September 2007. Pusat gempa ini lebih dekat ke major lock patch Mentawai yang berpotensi menimbulkan gempa besar 8,8 Mw.
Menurut laporan Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada pada 3,610 Lintang Selatan-99,930 Bujur Timur. Kedalamannya 10 kilometer atau termasuk gempa dangkal. Lokasi episentrum itu berjarak 78 kilometer barat daya Pulau Pagai Selatan di Kepulauan Mentawai.Menurut pakar geologi dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman,mengatakan bahwa gempa kemarin bisa merupakan prekursor ke gempa lebih besar. Kelihatannya tinggal selangkah lagi ke klimaksnya.Mudah-mudahan masih hitungan tahun, bukan hari, minggu, atau bulan. Yang jelas, desakan pada ‘Si Raksasa gempa Mentawai yang sudah matang itu’ sudah semakin tinggi.
Pusat gempa besar yang dimaksud Danny berada di bawah Siberut-Sipora-Pagai Utara. Analisis ini berdasarkan penelitiannya terhadap fenomena kegempaan tektonik di Sumatera sejak 1990-an.Sementara itu, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Fauzi memperkirakan, rentetan gempa moderat antara 6 skala Richter (SR) dan 7 SR sejak beberapa tahun terakhir di dekat pusat gempa berskala lebih dari 8 SR itu memberikan efek mengurangi energi yang menekan di segmen itu.
Tsunami
Tidak ada dislokasi permukaan dasar laut yang berarti hingga menimbulkan tsunami yang relatif besar meskipun episentrum gempa berada di Zona Penunjaman. Beberapa jam setelah gempa berskala 7,2 SR itu, gempa susulannya hanya berkisar 5 SR.
Menurut laporan yang diterima Danny, gempa di perairan selatan Pulau Pagai Selatan ini menimbulkan tsunami hingga 3 meter di Pulau Pagai. Namun, tsunami di pesisir barat Sumatera, terutama di sekitar Padang, semakin rendah. Hal ini disebabkan gelombang pasang itu terhalang oleh Pulau Pagai-Sipora.
Data ketinggian tsunami tersebut berbeda dengan pasang surut yang terekam pada Stasiun Pasang Surut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) di Padang dan Tanah Bala atau Nias Selatan. Kenaikan pasang surut yang terpantau di stasiun tersebut hanya 0,5 meter.
Relokasi Korban Tsunami Mentawai Hanya Sementara
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menetapkan sembilan lokasi di tiga pulau yang letaknya jauh dari untuk huniansementara. Di lokasi ini akan dibangun 1.631 rumah sementara untuk 1.726 keluarga atau 4.347 jiwa korban tsunami. Sejumlah rumah yang berada di pantai ditargetkan siap sebelum Natal25Desember2010.
Di pulau Pagai Selatan, relokasi dilakukan di empat tempat untuk 16 dusun, dari Desa Malakopa dan Desa Bulasat. Relokasi dilakukan di Kamp Jaya KM 27, KM 37 Poros Jalan Pagai Selatan, KM 2 Logpon Lakkau, dan KM 41-44 Poros Jl Pagai Selatan.
Di Pulau Pagai Utara di empat lokasi untuk tujuh dusun dari empat desa yakni Betumonga, Silabu, Saumanganya, dan Sikakap. Relokasi rumah dari Betumonga di KM 8 Trans Taikako dan Desa Silabu di KM 17 Jalan Poros Pagai Utara. Sedangkan relokasi 30 rumah di Desa Saumanyak ke belakang kampung mereka, dan relokasi 16 rumahdiSikakapbelumditentukan.
Di pulau Sipora bagian selatan, 11 dusun dari Desa Bosua dan Desa Berilou dipindahkan ke KM 4-9 Desa Beriulou. ”Saat ini sebagian besar sedang land clearing, bahkan di Taikako sudah mulai dibangun, huntara ini berupa rumah.
Korban Tsunami Pagai
Sebanyak 40 orang tewas dan ratusan lainnya dinyatakan hilang akibat gempa berskala 7,2 Skala Richter disusul dengan gelombang Tsunami di Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Senin (25/10) malam. Dari 40 korban itu, 2 di antaranya adalah warga negara asing.
Setelah melakukan finalisasi data korban tewas akibat gempa dan tsunami Mentawai, akhirnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat menetapkan korban yang meninggal akibat bencana alam pada 25 Oktober tersebut sebanyak 456 orang.
Tsunami (bahasa Jepang; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunun berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami. Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik". Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangunIndian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam

Penyebab Terjadinya Tsunami.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung apigempa bumi,longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Sumber : Wikipedia